Selasa, 10 Januari 2017

Maybe I was just Overthinking...

Karena tidak selalu, orang-orang mengerti posisimu. Karena tidak semua orang bisa selalu memahami bagaimana menjadi dirimu.

Kadangkala, lebih baik kau simpan perasaanmu itu, biarlah lebur menjadi abu...

Hingga kau lupa, dan tidak satupun yang akan kau ceritakan.

Jumat, 06 Januari 2017

Hanya Ucapan Terima Kasih

Senja di hari ini, tak seindah biasanya. Tak mampu kunikmati sepenuhnya. Kelabu, penuh sendu. Hanya bisa bersembunyi dibalik cerahnya sinar sang mentari yang perlahan pulang ke peraduan, tak ingin memunculkan rasa sedih itu di depan khalayak.

Tak ingin berlama-lama, tak ingin kuungkap semua rasa yang ada.

Hanya ingin mengucap terima kasih dari hatiku yang terdalam. Terima kasih kepada orang-orang yang mau bertahan. Terima kasih, telah mengerti diri ini yang tak luput dari kecerobohan. Terima kasih, karena telah berada di sisiku, menjadi tempatku bersandar. Terima kasih, karena walaupun ku tahu kalian lelah, tapi kalian tidak menyerah. Terima kasih, untuk selalu ada di saat ku jatuh, membantuku bangkit dan mengobati luka, walau perlahan namun pasti. Terima kasih, untuk dukungan yang mengalir tak ada habisnya, dan terima kasih untuk tidak tergoyahkan oleh angin.

Karena sejujurnya, tak banyak yang mampu bertahan menghadapi diri ini.

Terlalu banyak kesalahan yang ku perbuat. Terlalu sering aku memberatkan, terlalu sering ku merepotkan. Tidak, kau memang tidak mengatakannya. Hanya aku yang menyadarinya. Terima kasih pernah hadir, membawa kenangan, memberi pelajaran. Hanya kata maaf yang mampu terucap, dan semoga tidak ada kenangan pahit kita yang kau bawa. Biarlah menjadi memori...

Selasa, 03 Januari 2017

Insecurities

Pernahkah kau merasa sendiri, hanya bersama angin yang berhembus, dan daun-daun berguguran yang seolah menggambarkan perasaanmu? Pernahkah kau merasa hampa, seperti tak ada satupun yang menghampiri, semua hanya berlalu dan tersisa kau seorang diri?

Ya, mungkin itu yang tengah kurasakan.

Keramaian hiruk pikuk di sekitarku, bahkan seolah tak tergubris olehku. Memang banyak yang hadir, memang tak sedikit mereka yang kujumpai. Tapi hati, barangkali berkata lain.

Bukan, bukan salah mereka jika mereka tak selalu ada untukku. Tidak pula aku kesal dengan mereka, karena mereka mengabaikanku. Tidak, tidak semudah itu rasa kebencian bangkit dari relung jiwa ini.

Aku paham bagaimana setiap orang memiliki kesibukan masing-masing, mempunyai orang-orang lain yang harus mereka jaga, mengemban tugas-tugas maupun kewajiban yang berat, ataupun, bagaimana justru mereka juga merasakan suatu beban yang tak mereka ceritakan.

Maka dari itu, terkadang, aku memilih untuk sendiri.

Tidak buruk untuk berdiam seorang diri. Merenung, bahkan mungkin menyadari apa sebenarnya yang kurang dari diri ini. Sibuk menduga-duga, apa aku terlalu egois? Atau, ada suatu - atau banyak - perbuatanku yang menyakitkan mereka?

Perasaan bersalah mulai menyelimutiku.

Sejahat itukah aku melukai orang-orang yang aku sayangi? Sampai-sampai aku lupa diri. Sampai-sampai, mereka pun tidak mau mengatakan yang sejujurnya.

Ya, sejujurnya aku hanya rindu.

Suatu masa di mana aku merasa sangat beruntung memiliki mereka di sisiku. Tidak, mereka sekarang tidak pergi. Dan ya, mereka masih di sini. Namun, apa kau pernah tau bagaimana rasanya berada dekat secara raga namun rasa terasa pudar? Begitulah. Mungkin aku yang terlalu melebih-lebihkan. Setidaknya, keberadaan orang-orang itu di sini sekarang sudah cukup menenangkanku.

Walau sejujurnya, aku masih inginkan suasana pada masa itu.

Setiap hembusan nafas di kediaman ini, seakan menamparku. Aku harus mampu berdiri sendiri, tak lagi menanti. Tak selalu bergantung. Tak juga berekspektasi.

Karena pada akhirnya, kehidupanku ini, hanya aku yang akan menjalaninya sendiri.