Jumat, 14 April 2017

#edisilegaUTS

Halo, kamu yang di sana.
Aku yakin 100000% kalau kamu lg bahagia, walaupun bukan sama aku. Terlalu banyak orang yg bisa memprioritaskanmu daripada aku, iya kan?

Coba throwback yuk, ke masa-masa dulu. Kok bisa kupanggil kakak sih? Hmm, kayanya karena obsesiku yang terlalu tinggi untuk punya kakak laki-laki kali ya :)) Maaf ya? Kalau ternyata memanggilmu kakak adalah hal yang salah sehingga kau pun memintaku untuk tidak memanggil seperti itu lagi.

Trus trus, dulu sering banget ga sih belajar bareng? Atau sekedar pergi deh. "Kak, ke sana yuk. Kak, ke sini yuk" "yaudah ayo" "udah depan hmm" wahhh jadi rindu, every second we've spent nggak pernah aku lupain....honestly. Tapi nggak tau kalau di sana gimana, ya cuma bisa berharap nggak dilupain aja kok. Nggak muluk2 mah aku mintanya. Atau mungkin, malam ini kita bisa pergi bareng lagi? Untuk sekedar pergi sebentar, menikmati angin malam yang katamu sering kamu lakukan dulu kalau lagi suntuk, gapapalah sini suntuknya dibagi sama aku, cerita2 lagi. Cerita gimana susahnya kehidupan, gimana rindunya sama rumah, gimana masa lalu mengajarkan kita sesuatu, ya kan? Aku tahu kak, dan kamu selalu bercerita tentang itu. Aku cuma rindu binar matamu kalau bercerita tentang pencapaianmu selama di sini, dan bagaimana kebebasan membawamu terbang tinggi tanpa kamu sadari. Lelah kuliah, masalah pertemanan, sering kamu tumpahkan ke aku kak. Dan aku siap menjadi 24/7 pendengarmu. Hehe, walaupun sekarang mungkin udah nggak bisa. Eh bisa nggak? Aku sih masih siap, nggak tau kalau di sana udah nggak mau lagi:)

Ada sih sesuatu yang paling diinget, paling bisa dikenang. YAK! Jalan-jalan kita seharian, membuang waktu tanpa membuang-buangnya (ngomong apasih?) ke Jakarta naik motor coy! motor! gila lah ya, terlalu nekat kita! (Biasanya kakak sih bilang "nggak. b aja" pake emot nangis tapi ketawa ituloh). Banyak pembelajaran waktu jalan-jalan kan? Banyak banget, sampe akhirnya nemu panties pizza yang sekarang ada di Bintaro! Kak, tau nggak, aku nggak dapet loh buy 1 get free 1 nya :( Kakak dapet? Ah... terlalu panjang kalau diceritain semua jalan-jalannya. Wkwkwkwk, bukannya kita janji mau long trip lagi ya? Yuk, eh tapi aku sungkan ngajakinnya. Udah banyak ya yang ngajakin pergi? Nanti malah mager lagi pergi sama aku ya kan? gapapa sih, heum:(


........

Tapi, nggak ngerti lagi kenapa sekarang. Semuanya berubah. Jangan tanya aku kenapa, aku nggak tau. Aku sendiri bingung. Kakak kenapa? Sekarang udah nggak kaya dulu lagi, dimana ketika aku tanya gitu jawabannya "gapapa, dek" atau "biar ditanya aja" HEHEHEHE iya inih aku mau nanyain lagi, tapi sekarang nggak digubris:( Sebatas chat aja nggak dibales. Aku tanya kenapa nggak dibales. But I know you're there, Kak. I know. Aku ingin ngomong, tapi nggak bisa. Aku tau di sini posisiku salah, walaupun aku nggak tau salahku di mana. Kalau salahku karena aku belum menyampaikan sesuatu, aku sebenernya udah bilang loh mau nyampein cuma kalau kita ketemu langsung. I hate talking serious things in chat, Kak. I know u'll not be as responsive as kalo kita ketemu. Masa jalan-jalan terakhir fat bubble doang? Kan aku juga mau cerita kak:( as much as you want to cerita juga. 

Aku mau bilang terima kasih banyak kak, terima kasih banyak karena telah mau membuang-buang(?) waktumu selama ini cuma untuk nemenin adik yang ga jelas gini :") terima kasih mau mendengar ceritaku, walaupun kadang yang kuharap  bukan jawaban "sabar aja haha" tapi gapapa! aku lebih baik denger jawaban gitu daripada gak dijawab sama sekali, persis kaya sekarang. Terima kasih untuk bahu yang selalu ada di kala aku lelah. Mau minta maaf juga, udah terlalu banyak sih ngerepotin, udah terlalu banyak salah yang bahkan kalau di list mungkin over list ya :)) maafkan Kak, aku cuma manusia biasa. Masih terlalu banyak butuh belajar. Maaf belum bisa menjadi adik yg terbaik dibandingkan adik2 yang lainnya yang selalu ada buat Kakak :) Mereka yang kakak bangga sebut "adik" beda denganku, yang mungkin hanya segelintir orang yang tau betapa bangganya aku menyebutmu Kakak, entah bagaimana denganmu. Yang jelas, hubungan kita tak seperti hubunganmu dengan adik2mu yang lainnya, yang tak banyak ada masalah dan sampai sekarang kalian masih saling dekat, sementara aku hanya bisa menunggu dan menyebutmu dalam doa.

Entah harus bagaimana lagi, aku nggak tau Kak. Maaf aku mencurahkan di sini, karena kalau langsung atau di line mungkin aku keburu nangis:( (cengeng banget kan Kak?) Aku nggak tahan lagi buat cerita, terlalu banyak kata yang belum terucap karena aku nggak sanggup menyakiti orang yang aku sayang, terlebih Kakakku. Lebih baik kupendam. Mungkin sifat kita bertolak belakang ya kak? Nggak apa-apa kok Kak. If u wanna meet me, I'm still in the same place. Still your sister. Aku akan tetap menjadi adikmu, walaupun aku nggak tahu bagaimana ceritanya kamu tidak mau lagi kupanggil Kakak. Aku sendiri nggak tahu gimana harus bersikap kalau bertemu denganmu. Aku harus senang, atau aku tidak bisa menahan air mata. Entahlah. Ku hanya rindu, itu saja.

Semangat menghadapi UTS kita nanti! Aku tahu kakak pasti bisa, mungkin Kakak membatasi komunikasi kita, tapi aku mau nyampein dari sini aja. Semangat Kak! Jangan pernah nyerah, kita di sini untuk kebahagiaan orang tua kita. Ingat itu saja :)

Salam sayang, 
Adikmu.

Minggu, 26 Maret 2017

Berpikir?

Mata hanya bisa memandang, hati hanya bisa merasakan.
Tapi mengapa begitu sakit? 
Sementara pikiran ingin berontak, nurani pun terbebani.
"Lupa ia, cara menyayangi dirinya sendiri."
Begitu ujar dari dalam sanubari.

Karena kepedulianku terlalu berapi-api.
Sampai dia tidak ingat bagaimana cara peduli.
Bukankah, menghormati dan menghargai adalah dasar yang tertanam di dirimu?

Walau angin berbisik pelan, terayun, menghapus butiran air dari pelupuk mata.
Masih saja diri ini merasa bahwa itu tidaklah dapat dikatakan, cukup.

Bahkan sang langit pun selalu menerima siapapun yang datang.
Entah sang mentari, atau hujan yang begitu derasnya.
Namun, mengapa kau tidak melakukan hal yang sama?

Selasa, 10 Januari 2017

Maybe I was just Overthinking...

Karena tidak selalu, orang-orang mengerti posisimu. Karena tidak semua orang bisa selalu memahami bagaimana menjadi dirimu.

Kadangkala, lebih baik kau simpan perasaanmu itu, biarlah lebur menjadi abu...

Hingga kau lupa, dan tidak satupun yang akan kau ceritakan.

Jumat, 06 Januari 2017

Hanya Ucapan Terima Kasih

Senja di hari ini, tak seindah biasanya. Tak mampu kunikmati sepenuhnya. Kelabu, penuh sendu. Hanya bisa bersembunyi dibalik cerahnya sinar sang mentari yang perlahan pulang ke peraduan, tak ingin memunculkan rasa sedih itu di depan khalayak.

Tak ingin berlama-lama, tak ingin kuungkap semua rasa yang ada.

Hanya ingin mengucap terima kasih dari hatiku yang terdalam. Terima kasih kepada orang-orang yang mau bertahan. Terima kasih, telah mengerti diri ini yang tak luput dari kecerobohan. Terima kasih, karena telah berada di sisiku, menjadi tempatku bersandar. Terima kasih, karena walaupun ku tahu kalian lelah, tapi kalian tidak menyerah. Terima kasih, untuk selalu ada di saat ku jatuh, membantuku bangkit dan mengobati luka, walau perlahan namun pasti. Terima kasih, untuk dukungan yang mengalir tak ada habisnya, dan terima kasih untuk tidak tergoyahkan oleh angin.

Karena sejujurnya, tak banyak yang mampu bertahan menghadapi diri ini.

Terlalu banyak kesalahan yang ku perbuat. Terlalu sering aku memberatkan, terlalu sering ku merepotkan. Tidak, kau memang tidak mengatakannya. Hanya aku yang menyadarinya. Terima kasih pernah hadir, membawa kenangan, memberi pelajaran. Hanya kata maaf yang mampu terucap, dan semoga tidak ada kenangan pahit kita yang kau bawa. Biarlah menjadi memori...

Selasa, 03 Januari 2017

Insecurities

Pernahkah kau merasa sendiri, hanya bersama angin yang berhembus, dan daun-daun berguguran yang seolah menggambarkan perasaanmu? Pernahkah kau merasa hampa, seperti tak ada satupun yang menghampiri, semua hanya berlalu dan tersisa kau seorang diri?

Ya, mungkin itu yang tengah kurasakan.

Keramaian hiruk pikuk di sekitarku, bahkan seolah tak tergubris olehku. Memang banyak yang hadir, memang tak sedikit mereka yang kujumpai. Tapi hati, barangkali berkata lain.

Bukan, bukan salah mereka jika mereka tak selalu ada untukku. Tidak pula aku kesal dengan mereka, karena mereka mengabaikanku. Tidak, tidak semudah itu rasa kebencian bangkit dari relung jiwa ini.

Aku paham bagaimana setiap orang memiliki kesibukan masing-masing, mempunyai orang-orang lain yang harus mereka jaga, mengemban tugas-tugas maupun kewajiban yang berat, ataupun, bagaimana justru mereka juga merasakan suatu beban yang tak mereka ceritakan.

Maka dari itu, terkadang, aku memilih untuk sendiri.

Tidak buruk untuk berdiam seorang diri. Merenung, bahkan mungkin menyadari apa sebenarnya yang kurang dari diri ini. Sibuk menduga-duga, apa aku terlalu egois? Atau, ada suatu - atau banyak - perbuatanku yang menyakitkan mereka?

Perasaan bersalah mulai menyelimutiku.

Sejahat itukah aku melukai orang-orang yang aku sayangi? Sampai-sampai aku lupa diri. Sampai-sampai, mereka pun tidak mau mengatakan yang sejujurnya.

Ya, sejujurnya aku hanya rindu.

Suatu masa di mana aku merasa sangat beruntung memiliki mereka di sisiku. Tidak, mereka sekarang tidak pergi. Dan ya, mereka masih di sini. Namun, apa kau pernah tau bagaimana rasanya berada dekat secara raga namun rasa terasa pudar? Begitulah. Mungkin aku yang terlalu melebih-lebihkan. Setidaknya, keberadaan orang-orang itu di sini sekarang sudah cukup menenangkanku.

Walau sejujurnya, aku masih inginkan suasana pada masa itu.

Setiap hembusan nafas di kediaman ini, seakan menamparku. Aku harus mampu berdiri sendiri, tak lagi menanti. Tak selalu bergantung. Tak juga berekspektasi.

Karena pada akhirnya, kehidupanku ini, hanya aku yang akan menjalaninya sendiri.