Rabu, 23 November 2016

Randomly-random

Hujan.
Biarlah rintik rintik gemericik air itu terus turun, seolah mengisyaratkan bahwa, ini saatnya, untuk mengingat kembali masa-masa itu
Masa, di mana kau dan aku masih disebut “kita
Tatapan bersahabatmu, saat kita bertemu di ujung taman itu
Membuatku tersadar, bahwa ketakutanku akan jatuh cinta lagi, semakin pudar
Mata yang penuh semangat, seakan beri isyarat
Kau adalah sebuah energi, membuat gairahku bangkit lagi
Kau bagai pelangi, mewarnai, namun tak dapat digapai

Semakin hari, semakin pasti
Bahkan matahari di atas itu, seakan menuntunku
Perlahan mengarahkan sinarnya, menunjukkan bahwa kau apa adanya
Seakan Tuhan menakdirkan kita bertemu, untuk kedua, ketiga, keempat, kesekian kalinya hanya bersama dirimu
Apakah ini suatu kebetulan? Apa kau percaya akan hal itu, teman?
Entahlah.
Yang kutahu, kau membawa semua keraguan itu sirna, membuang jauh antah berantah di ujung sana

Hingga suatu waktu, aku memberanikan diriku, tuk utarakan semua yang terbesit di benakku
Tak cuma logika, namun hati bicara
Sungguh tak kuduga bahwa cinta membuka ruang diantara kita
Kau dan aku, sama sama memupuk rindu
Kebahagiaanku, sesederhana itu

Laksana Jatayu menantikan hujan
Sehari tak menyapa, aku takut kau lupa
Semalam tak mendengar suara, sungguh gelisah tiada tara
Mungkin kau bertanya tanya, apa yang kuutarakan benar adanya?
Hanya hatimu yang bisa menjawabnya

Hujan tidaklah lengkap tanpa petir, terasa sangat getir
Saat bayangmu sedang berada di pelupuk mata, hempaslah sudah
Ketika kusadari bahwa kenyataan tak selalu menemani, tak selalu bisa mengiringi
Pahit, kau dan aku tahu itu
Bahkan kau terlalu sering mendongeng kepadaku tentang sulitnya kita menyatu, karena sesuatu
Perbedaan.
Apakah perbedaan diciptakan untuk terpisah?
Apakah perbedaan seolah menciptakan sekat atau bahkan benteng menjulang di antara kita?
Atau justru, hal itu membuat dua jiwa yang dulunya tak saling mengenal, melebur menjadi satu dan kekal?
Tak akan ada yang bisa menjawabnya

Hanya sang hujan, yang perlahan pulang ke peraduan
Biarlah rintihanku tadi, terhapus oleh datangnya sang mentari

Perlahan menghentikanku mengulang semua kenangan ini, biarlah menjadi memori.