Sabtu, 10 November 2012

'some words' of my new project

Cetarrrr ulalaaa, maaf lama gapernah posting, emang ga ada niat ngepost, dan niat itu baru saja datang tiba-tiba #ea. Ini ada back cover untuk project baru, soalnya sesuai sama feeling terkini bung~ project lama belum tau kepastiannya kemana, intinya coba disimak yang ini yaaa........ give respond & comment jangan lupaaaaaa

                Perasaan ini kurasa datang dengan sendirinya. Bagaikan putih abu-abu, tak mampu kubaca. Sulit untuk diungkapkan. Pernahkah kau sadari, aku menyukaimu sejak awal kita bertemu? Ketertarikanku padamu tak hanya sekedar rasa suka biasa, namun rasa sayang yang terlalu dalam, walaupun kau bukanlah untukku. Kurasa tak perlu untuk utarakan semuanya. Kau bagaikan matahari, sinari hari-hariku, tapi tak mampu kuraih.
                Sebenarnya, tak ingin kupertahankan rasa yang menyesakkan ini. Mencintaimu, hal yang sulit bagiku. Selalu kuurungkan niat untuk nyatakan hal ini padamu. Lebih baik semua ini kusimpan sendiri, daripada harus kehilangan sosok sepertimu. Tapi, bagaimana bisa kulenyapkan semua rasa ketika kutahu kenyataan yang ada?
                Setidaknya, melihatmu tersenyum saja sudah buatku bahagia. Mungkin, menjadi sahabatmu adalah hal terindah yang bisa kurasakan saat ini. Jika suatu saat nanti kau menyadarinya, aku berjanji aku akan tetap di sini. Menantimu, meskipun hingga ujung waktuku. Namun, kuingin kau berjanji padaku untuk satu hal. Jangan pernah putuskan untuk pergi dari sini. Aku menyayangimu, sampai kapan pun itu…

When I first saw you, I saw love
And the first time you touched me, I felt love
And after all this time, you’re still the one I love

Looks like we made it
Look how far we’ve come my baby
We mighta took the long way
We knew we’d get there someday

They said, “I bet they’ll never make it”
But just look at us holding on
We’re still together still going strong

You’re still the one I run to
The one that I belong to
You’re still the one I want for life
You’re still the one that I love
The only one I dream of
You’re still the one I kiss good night…


Sekian terimakaseeeee *ketchup

Selasa, 06 Maret 2012

sekilas novel~

Hai kawan-kawaaaaaan, aku sekarang mau ngeshare salah satu pembukaan novel yang menjelang aku buat, doain ya biar bisa jadi. Nah, yang jadi masalah, AKU ORANGNYA BOSANAN! kadang aku malaaaas bgt ngelanjutin ini novel, kehabisan ideee *muter-muter clingak-clinguk* coba dibaca deh. kalo jelek atau ada keluhan kritik dan saran *ce elaaah*, langsung contact. mention di twitter aja di @ditakrisnayanti oke? makasih :)

Masa Orientasi Siswa

Hari ini hari pertama aku menginjakkan kaki di sekolah baruku. Ya, aku sedang menghadapi MOS (Masa Orientasi Siswa) di sekolah menengah pertama atau yang biasa kita sebut SMP. Aku cukup tertarik dan penasaran, kejadian unik apa yang akan menimpaku hari ini.

Maafkan aku jika aku melupakan satu hal. Namaku Reisha. Komplitnya Reisha Anindita. Aku seorang anak kecil yang selalu ingin tahu tentang suatu hal. Aku memang sedikit cerewet. Meskipun itu aib tapi aku akui, aku tidak bisa disuruh diam. Kebiasaan buruk yang paling sering aku lakukan adalah bernyanyi sambil berteriak-teriak di dalam kamar mandi. Tapi tolong kalian jangan menyangka bahwa aku adalah Tarzan yang sedang tersesat di dalam kota. Sifat burukku adalah cengeng. Setiap ada sesuatu yang menyentuh hatiku dan membuatku berapi-api dan berasap-asap saking kesalnya, pasti air mataku menetes. Tapi aku berjanji untuk merubah sifatku menjadi lebih dewasa mulai dari sekarang.

Aku sangat menghargai arti kata persahabatan. Aku mempunyai sahabat-sahabat di SD-ku yang tidak bisa aku lupakan. Ada Poppy, Rara, dan Dita. Aku menyayangi mereka. Ketika kami berpisah, aku sangat sedih. Aku harus kehilangan sahabat-sahabat yang selalu menghargaiku apa adanya, menyayangi dan memahami apa yang menjadi kekuranganku. Tapi aku selalu ingat pesan mereka, bahwa persahabatan kita tidak akan berakhir hanya karena jarak dan waktu. Mereka juga menyuruhku agar tidak melupakan mereka. Tentu saja, bagaimana bisa aku melupakan saat-saat bersama mereka? Tapi aku berharap, di SMP ini aku akan mendapat sahabat yang baik seperti mereka juga.

Kata Ibuku, SMP itu adalah masa-masa yang paling indah, dimana seorang anak yang sedang belajar menjadi dewasa akan menghadapi berbagai peristiwa menarik yang tidak akan dilupakannya. Aku sangat ingin mengalami itu. Sedangkan Ayah menyuruhku untuk tidak terlalu stress dalam memikirkan pelajaran. Belajarlah semampumu, itu kata beliau. Ayah juga menyarankanku untuk tetap menikmati masa-masa indah anak remaja. Aku mempunyai seorang kakak laki-laki yang bernama Raditya, yang biasa aku panggil Radit. Aku tidak terbiasa memanggil kakak. Kata ayah, justru dengan memanggil nama maka akan menciptakan keakraban diantara persaudaraan. Tapi itu benar, aku sangat menyayanginya. Dia pun menyayangiku. Dia yang selalu memberiku semangat ketika gairahku untuk mengerjakan sesuatu sedang hilang. Dia adalah orang yang paling mengertiku di antara keluargaku. Entah kenapa, menurutku dia sangat dewasa. Kadang aku iri, mengapa aku tidak bisa se-dewasa dia? Dia sekarang sudah duduk di tingkat SMA kelas 2.

Kita lanjutkan cerita tentang MOS yang akan aku hadapi hari ini. Sesuai jadwal, hari ini aku akan mengikuti tahap perkenalan. Anak-anak OSIS akan membuat acara seru yang membuat adik-adik kelasnya saling mengenal satu sama lain. Itu yang aku dengar dari semua peserta. Aku sudah tidak sabar untuk mengikutinya. Akhirnya, pengumuman yang memanggil para peserta pun terdengar. Aku segera menuju ke aula sekolah untuk mengikuti acara hari ini. Meskipun menantang dan cukup susah, tapi aku cukup senang. Ini akan menjadi pengalaman yang tidak terlupakan.

“Hai, kamu ikut kelompok apa? Dewi Sartika ya?” Sapa seorang cewek yang tiba-tiba berada di sebelahku.

“Iya, kamu?” Sapaku balik dengan senyum

“Sama. Ke aula bareng, yuk?”

“Boleh, ayo.”

“Oh iya aku lupa, nama kamu siapa? Aku Tia,” tanyanya dalam perjalanan sambil menjabat tanganku.

“Aku Reisha. Senang bisa kenalan dengan kamu. Kamu cantik,” pujiku.

“Ah, kamu bisa aja. Hahaha, kamu jauh lebih cantik. Ngomong-ngomong, dari SD mana?”

“Aku dari SD Harapan Bangsa, kamu?”

“Aku dari SD Pembangunan 107. Waktu test, penerimaan yang ke berapa?”

“Aku diterima dengan angka yang unik, 123. Hahaha. Kalau kamu?”

“Aku nomor 127. Wah, angka yang bagus. Siapa tau kamu bisa lucky dengan angka itu,” kata Tia.

“Haha, semoga saja,” jawabku singkat.

Obrolan kami yang cukup seru itu menyebabkan kami lupa bahwa kami sudah berada di depan aula sekolah. Kursi-kursi sudah diletakkan berjejer rapi. Aku dan Tia memutuskan untuk duduk di bagian no.3 dari deretan depan. Aku dan Tia sama-sama tidak terlalu suka untuk duduk di bagian depan.

“Rame yaaa…” gumamku.

“Iya, rame banget Re, untung kita dapet tempat duduk. Bayangin Re, kita punya temen sebanyak ini. Nanti aku harus membuat daftar nama teman-teman sekolah yang akan menghabiskan sekitar 3-4 buku tulis mungkin ya.. Dan aku akan menghafalkan nama-nama mereka selama tujuh hari tujuh malam tanpa tidur sekalipun…” canda Tia yang sedang berimajinasi.

“Tiaaaaa, lebay deh!” cubitku kepada Tia. Aku cukup senang karena Tia adalah teman pertama dan teman yang sangat menyenangkan menurutku.

Setelah kami duduk, ada seorang cewek yang duduk di sebelah Tia menyapaku dan Tia.

“Hai, kenalan dong. Namaku Yuri. Kalian siapa?”

“Reisha,” aku menjabat tangannya dengan senyum.

“Aku Tia,” balas Tia.

“Wah, seneng ya bisa kenal teman baru di sini..” ungkap Yuri.

“Pasti dong, namanya juga teman baru, tentu saja nanti ada pengalaman baru juga,” ujarku.

“Reisha pikirannya dewasa banget, iri deh gueeee,” ledek Tia.

“Sekali-sekali nggak apa-apa dong Tiaaaaa,” balasku.

“Hahahaha, kalian ini,” Yuri menggelengkan kepalanya.

“Selamat pagi adik-adik peserta MOS di SMP Bintang Harapan. Saya Prama selaku ketua OSIS di sekolah ini resmi membuka acara MOS untuk hari ini sampai 3 hari ke depan. Terima kasih.”

Sambutan ketua osis di sekolahku itu membuka acara untuk hari ini. Kata kakak OSIS, hari ini kita akan memulai acara dengan games dari kakak OSIS. Gamesnya membuatku cukup terkejut. Kita harus meminta tanda tangan kakak-kakak OSIS sebanyak minimal sepuluh, sedangkan jumlah OSIS ada 16. Aku sedikit pesimis, kira-kira bisa nggak ya? Bahkan kata kakak OSIS, bagi yang tidak bisa mendapat tanda tangan sebanyak 10, dia akan mendapat hukuman. Wah, harus cepat-cepat nih.

“Re, semangat ya! Jangan sampe dapet hukuman loo,” kata Tia.

“Iya Tia sayaaang, kamu juga. Yuri juga, good luck yah,” jawabku.

“Siap Reishaaaa,” jawab Yuri.

“Re, aku takut ntar ga bisa dapet sepuluh tanda tangan. Gila, rame banget pasti, mesti desak-desakan kayak di pasar aja,” keluh Tia.

“Ya ampun Tia, jangan pesimis dong. Kalo pesimis, ujung-ujungnya kamu deh yang nari-nari tuh di depan dapet hukuman. Hahaha…”

“Iya Tia, ngapain takut? 10 aja jangan takut, kalo disuruh nyari 17 tanda tangan baru deh, lagi satu nyari di rumah wahahaha…” tawa Yuri.

Games pun dimulai. Aku mulai mencari kakak OSIS untuk meminta tanda tangannya. Cara-cara untuk meminta tanda tangan mereka cukup unik. Ada yang menyuruh menyanyi lagu anak TK seperti misalnya balonku, burung kakak tua, dan bintang kecil. Ada yang menyuruh untuk menari-nari dengan gila-nya. Sangat menantang! Rasanya seperti anak TK yang masih diajarkan oleh gurunya untuk menyanyi lagu-lagu yang ‘katanya’ mendidik itu. Bintang kecil, di langit yang biru. Amat banyak, menghias angkasa…

Ternyata waktunya sudah hampir habis. TERNYATA WAKTUNYA SUDAH HAMPIR HABIS! Aku terlalu santai untuk mengumpulkan tanda tangan itu dan ternyata kurang lagi satu. Aku bingung, bingung 7 keliling, eh… 8 keliling, eh, 9 keliling, aduh bingung! Aku harus minta di mana lagi? Tapi aku rasa, aku sudah meminta ke semua kakak OSIS… Eh tunggu! Ada seorang anak laki-laki yang memakai jaket merah dan bertuliskan “OSIS” di punggungnya. Dia kira-kira 30 cm lebih tinggi dari aku. Wahhh akhirnya aku menyadari aku pendek, haha. Tampaknya dia sedang nganggur. Aku memutuskan untuk menghampirinya dan meminta tanda tangannya.

“Kak, boleh minta tanda tangannya?” tanyaku dengan sopan.

“Oh, boleh kok. Sini aku tanda tangan,” katanya. Sewaktu dia berbalik badan, aku benar-benar menatapnya lekat-lekat dari ujung sepatu bermerk Nike yang dia pakai sampai ujung rambutnya yang di-spike tapi tetap rapih. Dia menandatangani bukuku dengan penuh senyum. Astagaa… Senyumnya itu membuatku serasa melayang ke langit ke-tujuh! Manis sekali…

“Dik? Ini udah aku tanda tangan,” katanya membuyarkan lamunanku.

“Oh, iya kak. Makasi banget ya kak, hehhe..” aku jadi salah tingkah.

“Iya sama-sama. Sudah sana duduk,”

“Baik, kak,” aku langsung kembali menuju ke tempat dudukku. Perasaanku sudah tidak karuan, senang, senyum-senyum sendiri pula.

“Re? Kenapa kamu? Senyam senyum sendiri, kayak orang kesurupan setan aja,” celetuk Yuri ketika aku sampai di tempat duduk.

“Lagi jatuh cinta mungkin…” sahut Tia.

“Apaan sih, enggak kok. Cuma lagi pengen senyum aja, biar tambah cantik,” kataku dengan sedikit sok imut.

“Ngaca deh, coba. Cantikan aku kan jelas-jelas,” Tia membela.

“Cerita aja Re, pasti lagi naksir nih sama seseorang. Ayo dong, cerita sama kita…” Yuri tampak memelas.

“Nggak ada apa-apa, beneran deh,”

“Oh iya, by the waaaay siapa namanya?” tanya Yuri.

“ASTAGAA! Aku lupa lihat di bajunya!” seruku.

“Nah lho, naksir lupa namanya…” ledek Tia.

“Apaan juga, orang nggak naksir kok yeeee,” kilahku. Tapi memang benar sih, hehe.

“Eh liat deh, yang dihukum banyak juga ya. Untung kita nggak,” kata Tia.

“Iya, makanya jangan pesimis dulu… Tuh, buktinya kamu nggak kena hukuman kan,” nasihatku pada Tia.

“Hehe, iya deh iya, maaf yaa…”

“Sip, santai ajaa mbak bro,” jawab Yuri dengan enteng.

~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Segitu dulu deh yaa, lanjutannya ditunggu, masih gali-gali ide :p byeeeeeee *hugs*